9.07.2012

Aksi 7 September 2012 UPI "YPTK" Padang

Kronologi kejadian tgl 4 september 2012 ( Hari Ke-2 Hari Ikatan Republik Mahasiswa tahun 2012)

09.00                     : mahasiswa sudah masuk ke dalam ruangan. Kejadian ini terlambat jam karena berdasarkan kesepakatan panitia BEMU dengan PR3 adalah jam 08.00 wib. Kesepakatan dengan PR3 yakni :
                                a. Kesepakatan tempat
                                - fakultas ilmu computer               :Andalusia
                                - fakultas ekonomi                          : F11
                                - fakultas psikologi                           :F12
                                - fakultas teknik                                                :F13
                                - fakultas DKV                                    :F9
                                - fakultas KIP                                      :F10
b. Kesepakatan sounsistem
    Soundsistem dan infokus diberikan semua untuk fakultas 
                                Kendala karena PR3 tidak menjalankan kesepakatan antara lain :
  1. Masalah surat masuk ruangan dengan pak kemal (OB)
  2. Perpindahan ruangan FKIP dari gedung F ke gedung B
  3. Debat Gubernur FEKON dan Gubernur FILKOM masalah pembagian ruangan di Andalusia Conference Room.
  4. 3 Fakultas tidak di fasilitasi sound system (DKV, FKIP,TEKNIK)
  5. DKV, Teknik, dan Psikologi meminta tempat pada PD3 masing masing sehingga Psikologi di gedung C, Teknik dan DKV di gedung D, sehingga tidak ada koordinasi antara panitia Universitas dengan panitia fakultas.

“ acara berjalan lancar sampai upacara penutupan selesai dan terjadinya perdebatan dengan PR3 saat pemberian Reward

17.50                     : upacara penutupan HIRM selesai dan indah (MC) akan mengumumkan reword yang akan di berikan kepada beberapa panitia. Pak jufriadi na’am (PR3) yg berada di samping panggung utama datang langsung menuju stage untuk menghentikan dan membubarkan mahasiswa 2012. Waktu penutupan telat dari kesepakatan yaitu dari perjanjian 17.30 terlambat menjadi 20 menit. Indah (MC) mencoba menjelaskan kepada pak jufriadi na’am (PR3) tapi microphone langsung di rebut dan ingin membubarkan kegiatan. Like (Menteri Dalam Kampus) datang dari ruang tunggu untuk mengambil kembali microphone dari pak jufriadi na’am (PR3). terjadilah perdebatan antara like (mendampus) dan pak jufriadi na’am (PR3). Like mengatakan, “ Pak, tolong hargai. Ini kegiatan mahasiswa.” PR3 sempat melayangkan pukulan namun Like dapat menghindar dan beliau mengancam tentang status perkuliahan like. Kejadian ini disaksikan oleh mahasiswa baru 2012, panitia Universitas, panitia Fakultas, dan anggota BEMU, BEMF, HMJ, dan UKM/ UKK. Kawan-kawan dari panitia, ketua pelaksana universitas bahkan Presiden   Mahasiswa turun langsung untuk melerai pihak like (mendampus) dan pak jufriadi na’am (PR3).

Tanggal 6 September 2012, Menteri Dalam Kampus mendapat surat dari PD3 Fakultas Psikologi terkait kasus kemarin dengan undangan untuk pertemuan dengan pihak akademik atas nama Mahasiswa Psikologi dan orang tua ( bukti terlampir dari hasil rekaman perbincangan Like dengan PD3 Fakultas Psikologi.) Undangan tersebut tanpa menyertakan saksi. Seharusnya yang melayangkan surat adalah Rektor kepada Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas REMA UPI “YPTK” Padang.

Dari Sini kami mengambil kesimpulan kurangnya pahamnya jalur koordinasi ini disebabkan karena tidak ada transparansi mengenai STATUTA Universitas UPI “YPTK” Padang oleh pihak Universitas dengan mahasiswaw sehingga terjadinya miss komunikasi antara Republik Mahasiswa dengan Pihak Universitas. Selama ini STATUTA tidak ditransparansikan kepada mahasiswa karena pihak Universitas menganggap bahwa ini  menjadi rahasia Universitas. Di STATUTA dijelaskan tentang aturan susunan organisasi Perguruan Tinggi, Penganggaran, Kewenangan dan Pembiayaan Rumah Tangga Perguruan Tinggi. Di sana juga dijelaskan bagaimana peran pihak Universitas dengan Organisasi Mahasiswa baik dalam pembentukan AD/ ART maupun tata cara koordinasi juga tentang Hari Ikatan Republik Mahasiswa . Apa itu STATUTA? STATUTA adalah SISTEM TATA ADMINISTRASI, TATA USAHA, dan TATA ANGGARAN. STATUTA juga merupakan syarat berdirinya sebuah Universitas. Kedepan, kami menginginkan adanya transparansi mengenai STATUTA untuk semakin membina hubungan baik antara mahasiswa dan pihak universitas baik dalam bentuk akademik, sarana prasarana, maupun kerjasama kegiatan yang ada. Kami juga berharap ke depan permasalahan yang seperti ini tidak terulang lagi.

SURAT PERNYATAAN BERSAMA
REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “YPTK” 2012

Menyikapi surat panggilan kepada orangtua salah seorang mahasiswa yang juga menjabat sebagai Menteri Dalam Kampus Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Putra Indonesia UPI “YPTK” bernama Angelique Maria Cuaca yang kami rasa kurang tepat. Dan kejadian – kejadian yang terjadi  pada saat kegiatan Hari Ikatan Republik Mahasiswa 2012 yang juga kami rasa tidak sesuai dengan kesepakatan awal antara Wakil Rektor III UPI “YPTK” Padang dengan Panitia Pelaksana HIRM 2012, maka kami atas nama kelembagaan mahasiswa REMA UPI “YPTK” menuntut :

  1. BATALKAN SURAT PEMANGGILAN ORANG TUA ANGELIQUE MARIA CUACA OLEH FAKULTAS PSIKOLOGI
  2. TRANSPARANSI STATUTA UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA “ YPTK’ PADANG KEPADA MAHASISWA
  3. MENGHARAPKAN ADANYA HUBUNGAN YANG BAIK ANTARA KELEMBAGAAN KAMPUS DENGAN PIHAK UNIVERSITAS

Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU) REMA UPI YPTK, DPMF, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas ( BEMU) REMA UPI YPTK, DPMF, BEMF Psikologi, BEMF Teknik, BEM Filkom, BEM FEKON, BEM DKV, BEM Psikologi, Komite FKIP, seluruh UKM dan UKK di REMA
---------------

Aksi di mulai tanggal 7 September 2012 di depan GEDUNG E, Sekretariat UPI YPTK pukul 3 sore, pukul 4 sore kawan kawan perwakilan mendampingi like untuk bertemu dengan PR3 di Gedung F. Kawan kawan dari perwakilan lembaga tetap berada di bawah menunggu kawan – kawannya kembali.

Hasil Pertemuan 7 September 2012 jam 4 sore.
Peserta :
-          Dari pihak Universitas : PR3 : Jufriadif Na’am,S.Kom,M.Kom , PR1: Ir. Sumijan.MSc, Dekan Psikologi : Aulia, M.Psi, Dekan Filkom ,
-          Dari mahasiswa : Rio (DPMU), Indah (saksi), Reno (BEMU), Putra (BEMU), Edju (BEMF), Like (BEMU)

Hasil kesepakatan :
  1. Surat Pemanggilan orangtua Angelique Maria Cuaca/ Like tidak dapat dibatalkan namun tidak mendapatkan sanksi ketika tidak dihadiri.
  2. STATUTA Universitas bisa diberikan oleh PR3 ketika BEMU menyerahkan AD/ART terbaru
  3. Adanya hubungan kerjasama yang baik ke depan antara Pihak Republik Mahasiswa UPI YPTK Dengan Pihak Universitas UPI YPTK Kedepan

8.01.2012

Sebuah cerita

Aku tahu
cepat atau lambat
kaupun akan pergi
seperti mereka yang tak kembali
letih dengan keadaan ini
muak dibelenggu oleh waktu

mereka penat, begitupun kau
jejakmu tinggalkan luka
menoreh perih campur pilu
aku terlempar ber mil - mil dari cahaya
terbenam dalam kepekatan bima sakti
kudengar sunyi alunkan sepi
tersudut dan tertunduk
menahan air bening pada bola mataku
menjadi hujan

ruang teduh itu angan,
pintu diketuk, perlahan dibuka
bukan teduh, namun panas menyengat
semak belukar merambat di dinding
membuat gelisah
resah
gundah

kau dan aku pernah larut dalam cerita
mereka pergi, sahut kita barengan
kalau bukan kita, siapa?
kau bersamaku berjalan
jemari kita bergenggaman,
biar mereka pergi
asal kita masih berjalan
bekerja hasilkan nilai
karya tuk pembebasan
karena hiduplah untuk hidup
hidup tuk kehidupan

kamarku berantakan,
porak poranda karena himpitan roda waktu
aku tergilas dan meronta
di sini tidak nyaman
di sini tidak aman
namun aku tetap bertahan,
coba gapai uluranmu
tatap nanar
punggungmu yang makin menjauh
jadi titik dan hilang

kau dan mereka,
pergi
tidak kembali
kita berpisah di jalan ini
kau dengan jalanmu
mereka di jalan mereka
aku berkelana di setapakku

aku, kau dan mereka tinggal cerita
jadi guru tuk kehidupan selanjutnya
luka ini akan sembuh
tak usah kau khawatir,

Angelique Maria Tjoatja
Padang, 1 Agustus 2012
13:23

7.13.2012

Timbal - Balik

maaf untuk ketidakberadaanada, tunggu berada
berada, tak ada
emosi jadi belukar
jadikan luka jadi nanar
basah tak kunjung kering
lembab jadi sepi
sunyi coba alunkan melodi

maaf jika tak adil
selalu ada obat, ujarmu
jalan bukan cuma satu
usaha terus upaya
agar senyum bisa hadir

maaf egois ini
susu dibalas nila
luka dilumur cuka
memar ditancap duri
letih ditimpa kuk

padahal
susu beri hidup
luka beri arti
memar beri senyum
letih beri janji
ada untuk beri teduh
pada tempat kita duduk
ruang biasa bertukar cerita

namun
nila racuni susu
cuka koyakan luka
duri merahkan memar
kuk menambah letih

tapi senyum
tetap untuk senyum
baik demi baik
semangat demi semangat
meski bukan
senyum kembali senyum
baik kembali baik
semangat kembali semangat

selalu ada jalan,ujarmu
keadilan bisa ditimbang
isi biar setara
agar imbang
antara ada dan tidak

RT, 13 Juli 2012
angelique Maria Cuaca

6.14.2012

Belajar dari Sejarah, Tolak RUU PT . . . !



Angelique Maria Cuaca
Front Mahasiswa Nasional ( FMN ) Padang

“ JAS MERAH : Jangan Sekali – kali Melupakan Sejarah ..! “
-          Soekarno –

Lebih dari setengah abad bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda. Kolonial Belanda pada saat itu datang ke bumi Indonesia dan mulai menyedot kekayaan alam yang ada di dalamnya. Seluruh hasil bumi dikeruk dan untuk mendapatkan harga murah, mereka memperbodohi rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia dibuat bodoh agar dapat membeli tanah , bahan baku, dan buruh dengan harga murah. Industri manufaktur dan perkebunan dibangun di areal Jawa, daerah yang terlebih dahulu ditaklukan mereka.

Namun pada awal abad ke 20, Ratu Wilhelmina dari Belanda menerapkan Politik Balas Budi atau yang kita kenal dengan politik etis dalam bentuk kebijakan Trias Politika. Pemerintah Belanda mengatakan bahwa ini merupakan balas budi untuk rakyat Indonesia yang telah membantu Belanda. Namun sesungguhnya, uluran kasih tersebut tak lebih dari penerapan Politik Pintu terbuka. Kebijakan yang dihasilkan tak lebih untuk menguntungkan pihak Belanda. Pemerintah mencanangkan 3 program untuk Indonesia yakni Irigasi, Emigrasi, dan Pendidikan. Diantara ketiganya, pendidikan yang kemudian jadi tujuan utamanya.

Paradigma pendidikan saat itu diarahkan untuk menghasilkan tenaga terdidik, bukan untuk pencerdasan bangsa. Mahalnya biaya sekolah dan diskriminasi pendidikan saat itu hanya membuka peluang bagi anak keturunan ninggrat/ kerajaan dan golongan priyayi / pegawai pemerintahan untuk menikmatinya. Anak petani dan buruh hanya mampu memasukan anaknya di pesantren. Bahasa yang digunakan sebagai pengantar di sekolah – sekolah adalah bahasa Belanda. Sentralisme pendidikan ditujukan pada kurikulum dari Eropa. Dengan dibukanya sekolah untuk pegawai pemerintahan Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) jelas memberi bukti bahwa hasil pendidikan semata – mata digunakan untuk mengisi kekosongan bangku pegawai teknis pemerintah Belanda. Mereka menempati jabatan sesuai dengan tingkat pendidikan. Mereka dijadikan pegawai administrasi yang menghitung keuangan belanda. Beberapa diantaranya dijadikan mandor di perkebunan, pertambangan, dan tempat yang menjadi sektor kerja rakyat. Secara tak sadar, mereka dijadikan tameng untuk melawan bangsa sendiri. Konflik langsung antara Belanda dan rakyat Indonesia dapat diredam dengan menaikan golongan priyayi dan ninggrat menjadi birokrat lokal.

Tergulingnya Belanda dan masuknya Jepang sebagai penjajah, terjadi krisis yang luar biasa. Banyak sekolah yang tidak sesuai dengan kebijakan Jepang ditutup. Serikat mahasiswa di berbagai Universitas dibubarkan. Jepang mengeluarkan kebijakan bahasa Indonesia harus digunakan sebagai bahasa pengantar. Bahasa Jepang wajib diajarkan di setiap sekolah. Kurikulum Belanda diganti dengan kurikulum Jepang. Pendidikan saat itu diarahkan pada wajib militer untuk menambah pasukan bagi Jepang. Namun beberapa dari studi klub yang ada melakukan gerakan bawah tanah untuk terus melakukan perlawanan. Gerakan tersebut melahirkan momentum di mana Sukarni dan kawan - kawan mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Tahun 1945 Indonesia merdeka dan disanalah babak baru pendidikan Indonesia secara otonomi mulai dibangun.

Perjuangan untuk terus mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa terkecuali kemudian tertuang amanat pembukaan UDD 1945, “ Dan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa”  dan pasal 31nya yang mengatur tentang pendidikan. Pekik kemerdekaan bangsa Indonesia menjadi bukti bahwa pencerdasan bangsa haruslah dilakukan. Bangsa yang cerdaslah yang harus melawan segala bentuk penindasan. Seperti yang diungkapkan Soekarno, Perjuangan rakyat Indonesia adalah perjuangan melawan penjajahan manusia atas manusia yang lainnya, penjajahan bangsa atas bangsa yang lainnya.

Sinar Sang Fajar itu mulai memudar 
“ Habis gelap, terbitlah terang . . . .”
Raden Ajeng Kartini –

Orde Lama menjadi titik awal yang cerah bagi dunia Pendidikan Indonesia. Penerapan anggaran pendidikan 20% dari APBN dan APBD berdasarkan amanat UUD 1945 pasal 31 ayat 4 perlahan dilaksanakan. Mulai tahun 1950, kualitas pendidikan Indonesia mulai diperbaiki secara fisik.Sarana dan prasarana satu persatu mulai dilengkapi. Pembangunan sekolah mulai dilakukan di berbagai daerah.Ekspansi tenaga pengajar  juga dilakukan dari tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah. Banyak kursus diberikan pemerintah untuk menambah jumlah guru. Sekolah Guru yang mulai dibangun yakni Sekolah Guru Bawah (SGB) untuk di Sekolah Dasar dan Sekolah Guru Atas (SGA) untuk di Sekolah Menengah Pertama. Ki Hajar Dewantara, Menteri Pendidikan pertama mengeluarkan Instruksi Umum beberapa hari setelah teks proklamasi dibaca. Ia menyerukan kepada para guru agar membuang sistem pendidikan kolonial dan mengutamakan patriotisme. Pada saat itu, Guru benarlah sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka memiliki misi pencerdasan bangsa. Peran mereka untuk ikut melawan serta berupaya untuk melepaskan bangsa dari belenggu kolonial Belanda patut diberi ancungan jempol.

Selain menambah jumlah guru, ujian terpusat juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelajar Indonesia. Kurikulum kolonial mulai diganti dengan kurikulum nasional tahun 1952 dan direvisi tahun 1964. Anak berusia 8 tahun diwajibkan mengenyam sekolah dasar. Perguruan tinggi negeri mulai dibangun seperti Universitas Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor dan Universitas Airlangga. Semua proses pendidikan diarahkan untuk melepaskan diri seutuhnya dari penjajahan. Dalam pembukaan UUD 1945 mengatakan bahwa kemerdekaan haruslah diisi dan dipertahankan lewat upaya – upaya. Paradigma pendidikan diarahkan semata – mata untuk mewujudkan amanat trisakti yang diungkapkan Soekarno yakni berdikari di bidang Ekonomi, berdaulat di bidang politik, dan berkepribadian di bidang kebudayaan. Meskipun pada prosesnya terjadi jatuh dan bangun karena agresi militer yang digencarkan Belanda. Namun seruan untuk menolak penjajahan tersebut terus dilakukan.

Tergulingnya Soekarno pada tahun 1966 dan berganti dengan rezim Soeharto, wajah pendidikan yang membebaskan perlahan mulai kembali terbelenggu. Anggaran pendidikan yang awalnya 20%, hanya dilaksanakan 9,3%. Rezim Soeharto yang berkuasa 32 tahun, sedikit demi sedikit menurunkan anggaran pendidikan sampai di angka 8%. Kenaikan biaya pendidikan sedikit mulai sedikit terjadi. Sekolah dan jaminan pendidikan memang diperbanyak. Banyak dari masyarakat Indonesia yang mampu bersekolah. Namun  tujuan pendidikan semata – mata untuk misi pembangunan yang tertuang dalam kebijakan Rencana Pendidikan Lima Tahun (REPELITA). Sistem yang tertuang dalam kurikulumnya semata – mata diabdikan untuk pembangunan. Ketergantungan bangsa terhadap kapitalisme lokal terus dibangun. Kekritisan peserta pendidikan dibungkam dengan berbagai kebijakan. Pada tahun 1995, Investasi asing mulai masuk secara terang terangan ketika Indonesia bergabung dalam WTO. Saat itu, Soeharto menandatangi perjanjian Letter of Intern di mana pendidikan termasuk jasa yang dikomoditikan secara internasional. Seperti kata Pramudya Ananta Tour, “ Berabad – abad bangsa Indonesia menjadi buruh bagi bangsanya sendiri dan buruh di antara bangsa – bangsa .“ Pendidikan menjadikan anak bangsa sebagai buruh yang mengabdi pada kepentingan pemilik modal lokal dan asing. Pendidikan menciptakan para pekerja yang tunduk dan tidak mampu berdiri di atas kakinya sendiri.

Habisnya orde baru dan masuk ke era Reformasi, peningkatan kualitas pendidikan menjadi salah satu agenda utama. Namun yang terjadi adalah perdagangan pendidikan lebih luas. Privatisasi pendidikan terjadi di segala sektor pendidikan. Anggaran pendidikan terus turun. Pada tahun 2001, kabinet reformasi menetapkan anggaran pendidikan hanya 3,7% .  Sedangkan tahun 2012, anggaran pendidikan dialokasikan 20% namun dana tersebut tidak seutuhnya untuk praktek pendidikan. Untuk pengembangan pendidikan hanya ditetapkan 5 triliun dari 285 triliun, sekitar 2%. Parahnya dalam RUU PT alokasi anggaran pendidikan hanyalah 2,5%.  Alokasi tersebut sudah termasuk di dalamnya investasi, pengembangan pendidikan dan gaji. Kebijakan satu dekade lebih ini menimbulkan kenaikan SPP dan biaya yang lainnya. Belum lagi tindak korupsi merajalela di setiap sendi pemerintahan. Kondisi ini menyebabkan banyaknya peserta didik yang putus sekolah bahkan tak mampu melanjutkan perguruan tinggi. 14 tahun setelah reformasi ternyata belum mampu mencerahkan wajah pendidikan yang terlanjur suram. Terang itu menjadi gelap.

RUU PT, Sejarah itu terulang 
“ Bangsa yang melupakan sejarahnya ditakdirkan untuk mengulanginya “
George Santaya

“ Apa guna kita memiliki sekian ratus ribu alumni sekolah yang cerdas
Tetapi massa rakyat dibiarkan bodoh?
Segeralah kaum sekolah itu pasti akan menjadi penjajah rakyat
Dengan modal kepintaran mereka “
Y.B.Mangunwijaya –


Indonesia merupakan salah satu anggota dari WTO yang menandatangani perjanjian General Agreement on Trade in Services (GATS) Desember 2004.Saat itu perjanjian tersebut ditandatangani oleh Susilo Bambang Yudiyono, presiden Republik Indonesia. GATS merupakan perjanjian di mana 12 sektor jasa di negara berkembang masuk dalam dunia perdagangan, salah satunya adalah pendidikan. Komersialisasi diterapkan pada institusi pendidikan negeri Indonesia dimulai sejak dikeluarkan PP no 16 tahun 1999. Saat itu 5 universitas negeri di Indonesia berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN). Mereka diantaranya Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gajah Mada (UGM), dan Universitas Airlangga (UNAIR). PP no 16 tahun 1999 menjelma jadi UU no.20 tahun 2003 yang mengatur tentang Sistem Pendidikan Nasional. UU no.20 tahun 2003 menelurkan UU no.9 tahun 2009 yang merumuskan perubahan Perguruan Tinggi Negeri menjadi Badan Hukum Pendidikan (BHP). Pada saat itu Universitas Sumatera Utara (USU) dan Universitas Pendidikan Indonesia(UPI) merubah diri menjadi BHP. UU no.20 tahun 2003 juga menelurkan PP no.17 tahun 2010 yang mengatur tentang Badan  Layanan Umum (BLU). BHMN, BHP, dan BLU memiliki isi yang sama di mana Perguruan Tinggi Negeri (PTN) diharuskan menjadi Badan Hukum yang bersifat otonom.

Perguruan Tinggi Negeri yang telah menjadi Badan Hukum diberi keluasaan untuk mengatur bidang akademik maupun non akademik. Akhirnya, biaya pendidikan yang harus ditanggung peserta didik menjadi lebih mahal.  Universitas Indonesia sejak 2004 menerapkan Admission Fee dan Biaya Operasional Berkeadilan. Universitas Pendidikan Indonesia ada Dana Pengembangan Lembaga dan Biaya Peningkatan Mutu Akademik. Universitas Gajah Mada ada Biaya Operasional Pendidikan dan Sumbangan Peningkatan Mutu Akademik.

Selain itu, mereka juga diperkenankan untuk mendirikan badan usaha berbentuk organisasi nirlaba. Hal ini bertujuan untuk menutupi kekurangan dana operasional PTN. IPB mendirikan Botani Square sebagai sarana rekreasi juga penelitian dan hotel berbintang 5. UGM mendirikan GAMA Multi Usaha. UII membuka Jogja Internasional Hospital (JIH). Untuk ranah penelitian, mereka memiliki otonomi untuk bekerjasama dengan dunia usaha dan industri sehingga hasil penelitian tersebut dapat dikomersilkan. Hal ini terbukti dari pernyataan Rektor IPB yang menjelaskan bahwa hasil penelitian hendaklah dikomersilkan guna menutupi kekurangan dana yang dibutuhkan oleh institusi pendidikan.

Akhir Mei 2010, UU BHP dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi setelah Judicial Reivew. PP no.17 tahun 2010 diubah menjadi PP no.66 tahun 2010 dimana status pengelolaan keuangan bagi PT BHMN dan PT BHP dikembalikan menjadi PTN biasa. Kondisi saat itu sempat membuat PTN yang telah berbadan Hukum menjadi kelimpungan. UU BHP memang secara umum tidak mengatur rinci  tentang penyelenggaraan liberalisasi perguruan tinggi. Di akhir tahun 2010, Mendikbud dan DPR.RI kembali mengatur secara rinci tentang penyelenggaraan liberalisasi pendidikan lewat Rancangan Undang – Undang Perguruan Tinggi (RUU PT ). Isi RUU tersebut tidak jauh beda dengan UU BHP.

RUU PT menggambarkan bahwa Perguruan tinggi negeri dan swasta pada akhirnya disamaratakan. PTN menjelma menjadi PTS dalam bentuk badan hukum. Praktek dan cara kerjanya tak beda dengan PTS. Komersialisasi pendidikan akhirnya terlaksana secara merata di Indonesia. Beberapa pasal dalam RUU PT juga menjelaskan bahwa perguruan tinggi asing boleh menanamkan sahamnya di Indonesia. Cabang universitas asing boleh berdiri di Indonesia seperti Presiden University, Universitas Pelita Harapan ( UPH ) dan yang lainnya. PTS maupun PTN berbadan hukum harus bersaing dengan asing. Hari ini kita tahu, kurikulum pendidikan Indonesia masih tertinggal sangat jauh dibandingan kurikulum negara luar. RUU PT yang akan diterapkan akan menimbulkan persaingan yang tajam antara perguruan tinggi asing (PTA) dengan perguruan tinggi Indonesia (PTI). PTI kemudian akan seluas luasnya mencari dana operasional baik melalui badan usahanya maupun investasi dengan investor asing maupun lokal. Biaya pendidikan akan semakin meningkat. Kita kembali pada kondisi politik etis dulu. Hanya yang memiliki kemampuan membayar biaya mahallah yang mampu mengecap pendidikan. Mereka yang miskin hanya menjadi buruh dan pekerja.

Rancangan Undang – Undang perguruan tinggi ( RUU PT ) mengingatkan kita pada trias politika zaman Belanda. Hanya golongan priyayi dan bangsawan yang mampu mengecap pendidikan. Rakyat miskin hanya menjadi sapi yang diperah oleh para terdidik untuk kepentingan penguasa asing. RUU PT yang dua bulan lagi hendak disahkan menjadi Undang – Undang Perguruan Tinggi memiliki tujuan yang sama. Dunia pendidikan dijadikan alat untuk menghasilkan manusia penindas yang menindas manusia lainnya. Pola pendidikan zaman politik etis dan pendidikan hari ini memiliki pola yang sama yaitu pendidikan hanya dikecap oleh orang yang berduit dan digunakan sebesar – besarnya untuk kepentingan penguasa.

Kebijakan pendidikan yang dihasilkan pemerintah selama ini tidak menyentuh akar dari problematika pendidikan. Dunia pendidikan Indonesia semakin menunjukan sisi kelamnya. Sinar Pencerdasan itu meredup. Pemerintah selama ini hanya menggayung air yang meluap dari ember dan tidak menutup keran untuk menghentikan penyebab meluapnya air. Sudah seharusnya pemerintah bertanggung jawab untuk memperbaiki anggaran dan pengelolaan dana pendidikan, lebih merubah metode pembelajaran dalam kurikulum, dan sarana pra sarana untuk pendidikan. Pemerintah juga harus mengembalikan orientasi dari pendidikan itu sendiri yakni sebesar – besarnya untuk pencerdasan bangsa.

Kita kembali mengulangi sejarah. Kita harus mengulangi lagi sejarah perjuangan tersebut. Pastinya dengan evaluasi perjuangan dari masa yang telah lalu. Hari ini proses perampungan RUU PT terus bergulir dan 2 bulan lagi RUU PT akan disahkan menjadi Undang – Undang Perguruan Tinggi. Tolak RUU PT, tolak komersialisasi pendidikan…!! Hapuskan ratifikasi GATS dan revisi UU SISDIKNAS no 20 tahun 2008 agar mengedepankan kepentingan rakyat dan bukan untuk asing..! Wujudkan demokrasi nasional bagi seluruh rakyat Indonesia..!

1.28.2012

Diary about Burung Pipit

to cici vebi yang sedang dinas di Rumah Lansia Bogor dan Nancy yang baru selesai KKN dengan sirup kayu manis dan skripsinya : 

Kalian mengajariku banyak hal, khususnya tentang pengabdian seorang perawat. Perawat tidaklah profesi yang selama ini dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Namun, jauh di dalam itu menjadi perawat adalah bentuk sebuah pengabdian. Kalian berdua pernah mengatakan bahwa bidang keperawatan itupun termasuk ilmu dan seni. Terkadang, hasil penelitian ilmiah kesehatan tak selalu menjadi faktor utama kesembuhan seorang pasien. Karakter dan keadaan yang berbeda beda menuntut kalian menjadi pendengar setia bahkan  sahabat yang mengembalikan lagi semangat pasien untuk sembuh dan kembali melanjutkan hidup. Ada tangis, luka, tawa, canda, dan bahagia mewarnainya. Ada keputusasaan, harapan juga impian menemani proses bangkit dari perjalanan hidup. Namun, pengabdian yang mengharuskan kalian berada di sana. Menahan tangis untuk menghibur mereka yang menangis, meredam konflik diri untuk mendengarkan keluhan pasien. Jelas itu bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan.

Namun di zaman serba instan hari ini, pengabdian selalu berada di urutan nomor terakhir. Kualitas hanya dilihat dari seberapa banyak peralatan canggih, harga yang mahal, dan tempat yang megah. Seperti yang sering kalian ceritakan padaku, tak semua hari ini yang memahami arti pengabdian seorang perawat. Banyak perawat tak lagi berbicara tentang apa yang bisa dilakukan untuk masyarakat, namun apa yang bisa mereka dapatkan dari pekerjaan sebagai " perawat " ? Mata, hati dan telinga seolah tertutup oleh angan karir tanpa batas. Mereka dibuat buta, tuli, dan tidak peka dengan keadaan yang seharusnya mengetuk hati nurani. Mengingat cerita kalian, aku serasa kembali ke dua setengah tahun yang lalu. Saat pertama bagiku mengenal dan masuk ke sebuah wisma tempat manula berkumpul di hari senjanya. Pengalaman saat itu coba kutuliskan dalam sebuah tulisan sederhana. Tapi setidaknya, ini bisa mewakili perasaanku saat itu, hari di mana aku mengenal kalian, dan hari ini. ^_^ with love, Like
----------------

hari pertamaku di wisma cinta kasih
Padang, 12 Januari 2010

di sini ku menemukan yang berbeda.sisi lain dari kehidupan cukup yang ku punya.tak hanya sekedar memperjuangkan hidup, semangat, berkerja keras.Ada cinta kasih yang kutemukan hari ini.yang tulus dari pengalaman hidup seorang manula.tentang bagaimana masa lalu, masa sekarang,dan masa kelak.

pagi ini, ku langkahkan kaki ke tempat itu. pelataran kecil berasitektur bangunan lama dengan cetakan huruf tebal di atasnya " WISMA CINTA KASIH." Di sana, manula - manula tersenyum menyapaku. Ada yang sibuk sendiri, berkelahi seperti kanak - kanak,menangis karena sesuatu hal yang tak ku mengerti.

seorang wanita tua datang dan menarik lenganku," cari siapa.. cari siapa??". Ia berperawakan pendek dengan gaya yang super centil. memakai topi sinterklas beserta ikat pinggangnya. kalau di lihat dari wajahnya keturunan chinese totok." cari suster nirmala, oma.."suster nirmala adalah kepala di wisma itu dan ada beberapa perawat yang ikut membantunya." sini.. sini.. ayo ikut aku,, susternya lagi pergi ke situ... sini.. sini duduk dulu.." oma itu menarikku. 

nama oma itu Amoy. Ia berasal dari singapura. Aku kurang mengerti jalan cerita yang diceritakan karena apa yg dbilangnya tidak nyambung sama sekali. Aku hanya bisa sedikit meraba2 tentang masa lalunya. Setelah mendengar cerita dari suster, oma Amoy agak terganggu sarafnya sejak ia melahirkan. Ia yg paling kelihatan hiper aktif di wisma. Loncat sana, Loncat sini.. Jalan sana, jalan sini. Lenggak lenggok bak pragawati. 

" Eiy, aku minta gelangmu ya." Oma Amoy melihat gelang besi berbandul hiasan lumba2 n bintang melingkar di tanganku." Oya oma, sini aku pakaikan." kulepaskan gelang itu dan kulingkarkan ke tangannya. "Simpan baik2 ya oma". "Iya, aku pakai terus. Tapi waktu mandi kulepas ya." 

Aku bertemu dengan suster2 di sana. ada pemandangan yang berbeda yang kulihat.. tak sesuai dengan nama tempat itu. Sedikit kutemukan cinta kasih di antara mereka.Lebih - lebih suster cherry, suster yang paling muda di sana. Pembawaannya sedikit kasar dan semena mena. terutama kepada penghuni wisma. Di sini terdapat 4 bangsal. 1 bangsal berisi 12 tempat tidur dan 12 lemari kecil. ada juga yang 1 kamar, tapi jelas harganya jauh lebih mahal.

Jam makan siang, aku menyuapi Opa Bun dan ngobrol sebentar dengan oma maria. oma maria adalah salah satu penghuni yang daya tangkapnya masih bagus. Maklum, penghuni wisma itu adalah sebagian besar 90% sudah tidak bisa berkomunikasi dengan bagus. Oma Maria bercerita bahwa keinginan dia masuk ke wisma itu adalah keinginan sendiri.ia tak ingin merepotkan anaknya. Kulihat tempat tidur dan lemari kecil di sampingnya. hm.. tertata rapi. Di sana ku lihat foto anak keturunan indo sekitar umur 3 tahun."siapa itu oma? " kataku." o.. itu cucu oma. Papa nya orang Prancis." Aku berdecak kagum.

Oma maria menceritakan perjalanan hidupnya.Ia keturunan tionghua medan dan lama menetap di cilacap(jawa tengah) . Suaminya sudah meninggal sejak 10 tahun yang lalu.Sebelum meninggal, setahun sebelum itu,suaminya mengalami kecelakaan di Bandung. Saat itu oma maria berada di Jakarta.jam 2 subuh dikabari bahwa suaminya kecelakaan dan sekarang berada di salah satu rumah sakit di bandung.

Keesokan harinya Oma maria sampai di rumah sakit. Perjalanan antara Jakarta - Bandung memakan waktu 8 jam perjalanan darat.Betapa terkejut dirinya melihat suaminya tidak diurus. Padahal luka - luka itu makin membesar dan kelihatan daging - daging segar berlumuran darah belum di bersihkan. Susternya mengatakan, " urus administrasinya dulu buk." 

Lah, di sini aku berpikir, apa harus bayar dulu baru mau diobati. Kalau misalnya Oma Maria datang 2 hari lagi,apa jadinya suaminya nanti. Apa dibiarkan mati dengan kondisi seperti itu?? Disana ku menilai tentang sebuah pengabdian. Tidak ada pengabdian di sana. Terlihat bahwa uang jauh lebih penting dari nyawa manusia. Satu tahun kemudian, suami Oma Maria meninggal dengan vonis ada pembekuan darah di otak yang diakibatkan oleh kecelakaan 1 tahun yang lalu itu.Kenapa dulu dokter tidak meronsen?? Kenapa jadinya begini. Tahu setelah akhirnya semua terlambat.

Oma juga bercerita tentang keadaan di wisma, tentang suster nya yang terkesan cuek kepada penghuni. Padahal para lansia itu sangat membutuh kasih sayang. Psikologi lansia itu sama seperti anak kecil. Mereka kembali seperti pikiran anak balita. Tapi mereka tidak mendapatkan kasih sayang itu di wisma. Paling cuma orang - orang yang datang mengunjungi mereka. Itupun sesekali. Mereka diperlakukan sedikit seenaknya. Cuma di kasih makan. obat2 juga beli sendiri.itu saja. Padahal untuk tinggal di sana , mereka mengeluarkan uang 7ratus ribu sampai 1juta5ratus untuk setiap bulannya.

Hari telah menunjukan pukul 13.00 . Saatnya aku pulang untuk makan siang.Jam 4 aku kembali ke wisma itu. Kali ini aku tidak sendiri, aku mengajak Rebeka untuk ikut berkecimpung di kegiatan baruku. Rebeka salah satu temanku di PMKRI, kami sama - sama anggota muda angkatan 09. Kelihatannya Beka belum begitu betah dengan suasana di sana.Ia kebanyakan diam, padahal aslinya Rebeka itu anaknya cerewet sekali. he9.. Aku mengenalkan Rebeka dengan Oma Maria dan mereka terlibat dalam perbincangan seru. Entah apa yang mereka perbincangkan.

Aku berkenal dengan oma wati. Oma wati berperawakan pendek, berkulit gelap, dan menggunakan tongkat. Ia menceritakan bagaimana ia sampai di sana. Saat gempa 31 September 2009 silam, rumahnya hancur karena gempa.Anaknya membawanya ke Pekanbaru. Di sana anaknya menetap selepas bujang dan membuka usaha bika ambon.Oma wati tidak betah di sana. Menantunya memperlakukannya dengan begitu kasar. Sampai tidurpun, ia di suruh tidur di lantai. Hanya 1 bulan Oma wati bertahan. Tanpa sepengetahuan anaknya, Oma wati memesan travel dan kembali ke Padang. Sejak itu Oma Wati memutuskan untuk tinggal di panti jompo saja. Aku memeluk Oma wati dan memijit - mijit tangannya dengan lembut. Oma wati agak susah berjalan, karena saat gempa, kakinya terkilir kuat dan membuatnya susah untuk berjalan. 

" Kamu jadi anak angkat Oma saja ya. Oma tidak punya anak perempuan. Menantu omapun tidak bisa oma harapkan. Kamu kelihatannya sayang sama oma." Aku memeluk oma wati dan mengatakan," iya oma. aku tiap hari akan ke sini kok. Bakal jenguk oma terus."oma wati berkata, " benar ya. Oma di sini kesepian. Anak oma satu satunya jauh, jadi tidak bisa sering sering jenguk oma. " "iya oma." aku memeluk lembut oma wati.

"Waktunya doa rosario," terdengar suara suster nirmala dari aula wisma. Beberapa lansia yang masih sanggup berdiri berjalan menuju aula dan doa rosariopun di mulai. Aku duduk di sebelah oma wati dan rebeka duduk di sebelah oma maria. Doa rosario dilakukan dengan khusuk meskipun temponya jauh sangat lambat dan terbata bata. Oma wati yang duduk di sampingku berbisik, " Oma tidak bisa berdoa, karena dulunya oma bukan katolik." aku membimbing oma wati menyebutkan doa salam maria dan  doa aku percaya.

Doa rosario selesai dan kami segera pamit untuk pulang dengan segudang pengalaman yang tak terlupakan hari ini. Besok kami akan ke wisma lagi dengan segudang cerita tentang kami, mereka, dan Tuhan.

Dari sini aku bisa mengambil kesimpulan bahwa setiap profesi itu memerlukan pengabdian. Setiap pekerjaan memiliki nilai ketulusan. Melakukan pekerjaan hanya sebagai tanggung jawab dan meninggalkan nilai nilai ketulusan sama saja dengan bohong. Pengabdian tidak menyadang embel - embel uang.


the diary about burung pipit part 1.