to cici vebi yang sedang dinas di Rumah Lansia Bogor dan Nancy yang baru selesai KKN dengan sirup kayu manis dan skripsinya :
Kalian mengajariku banyak hal, khususnya tentang pengabdian seorang perawat. Perawat tidaklah profesi yang selama ini dianggap sebelah mata oleh masyarakat. Namun, jauh di dalam itu menjadi perawat adalah bentuk sebuah pengabdian. Kalian berdua pernah mengatakan bahwa bidang keperawatan itupun termasuk ilmu dan seni. Terkadang, hasil penelitian ilmiah kesehatan tak selalu menjadi faktor utama kesembuhan seorang pasien. Karakter dan keadaan yang berbeda beda menuntut kalian menjadi pendengar setia bahkan sahabat yang mengembalikan lagi semangat pasien untuk sembuh dan kembali melanjutkan hidup. Ada tangis, luka, tawa, canda, dan bahagia mewarnainya. Ada keputusasaan, harapan juga impian menemani proses bangkit dari perjalanan hidup. Namun, pengabdian yang mengharuskan kalian berada di sana. Menahan tangis untuk menghibur mereka yang menangis, meredam konflik diri untuk mendengarkan keluhan pasien. Jelas itu bukanlah sesuatu hal yang mudah untuk dilakukan.Namun di zaman serba instan hari ini, pengabdian selalu berada di urutan nomor terakhir. Kualitas hanya dilihat dari seberapa banyak peralatan canggih, harga yang mahal, dan tempat yang megah. Seperti yang sering kalian ceritakan padaku, tak semua hari ini yang memahami arti pengabdian seorang perawat. Banyak perawat tak lagi berbicara tentang apa yang bisa dilakukan untuk masyarakat, namun apa yang bisa mereka dapatkan dari pekerjaan sebagai " perawat " ? Mata, hati dan telinga seolah tertutup oleh angan karir tanpa batas. Mereka dibuat buta, tuli, dan tidak peka dengan keadaan yang seharusnya mengetuk hati nurani. Mengingat cerita kalian, aku serasa kembali ke dua setengah tahun yang lalu. Saat pertama bagiku mengenal dan masuk ke sebuah wisma tempat manula berkumpul di hari senjanya. Pengalaman saat itu coba kutuliskan dalam sebuah tulisan sederhana. Tapi setidaknya, ini bisa mewakili perasaanku saat itu, hari di mana aku mengenal kalian, dan hari ini. ^_^ with love, Like
----------------

hari pertamaku di wisma cinta kasih
Padang, 12 Januari 2010
di
sini ku menemukan yang berbeda.sisi lain dari kehidupan cukup yang ku
punya.tak hanya sekedar memperjuangkan hidup, semangat, berkerja
keras.Ada cinta kasih yang kutemukan hari ini.yang tulus dari pengalaman
hidup seorang manula.tentang bagaimana masa lalu, masa sekarang,dan
masa kelak.
pagi ini, ku langkahkan kaki ke tempat itu.
pelataran kecil berasitektur bangunan lama dengan cetakan huruf tebal di
atasnya " WISMA CINTA KASIH." Di sana, manula - manula tersenyum
menyapaku. Ada yang sibuk sendiri, berkelahi seperti kanak -
kanak,menangis karena sesuatu hal yang tak ku mengerti.
seorang
wanita tua datang dan menarik lenganku," cari siapa.. cari siapa??". Ia
berperawakan pendek dengan gaya yang super centil. memakai topi
sinterklas beserta ikat pinggangnya. kalau di lihat dari wajahnya
keturunan chinese totok." cari suster nirmala, oma.."suster nirmala
adalah kepala di wisma itu dan ada beberapa perawat yang ikut
membantunya." sini.. sini.. ayo ikut aku,, susternya lagi pergi ke
situ... sini.. sini duduk dulu.." oma itu menarikku.
nama
oma itu Amoy. Ia berasal dari singapura. Aku kurang mengerti jalan
cerita yang diceritakan karena apa yg dbilangnya tidak nyambung sama
sekali. Aku hanya bisa sedikit meraba2 tentang masa lalunya. Setelah
mendengar cerita dari suster, oma Amoy agak terganggu sarafnya sejak ia
melahirkan. Ia yg paling kelihatan hiper aktif di wisma. Loncat sana,
Loncat sini.. Jalan sana, jalan sini. Lenggak lenggok bak pragawati.
"
Eiy, aku minta gelangmu ya." Oma Amoy melihat gelang besi berbandul
hiasan lumba2 n bintang melingkar di tanganku." Oya oma, sini aku
pakaikan." kulepaskan gelang itu dan kulingkarkan ke tangannya. "Simpan
baik2 ya oma". "Iya, aku pakai terus. Tapi waktu mandi kulepas ya."
Aku
bertemu dengan suster2 di sana. ada pemandangan yang berbeda yang
kulihat.. tak sesuai dengan nama tempat itu. Sedikit kutemukan cinta
kasih di antara mereka.Lebih - lebih suster cherry, suster yang paling
muda di sana. Pembawaannya sedikit kasar dan semena mena. terutama
kepada penghuni wisma. Di sini terdapat 4 bangsal. 1 bangsal berisi 12
tempat tidur dan 12 lemari kecil. ada juga yang 1 kamar, tapi jelas
harganya jauh lebih mahal.
Jam makan siang, aku menyuapi
Opa Bun dan ngobrol sebentar dengan oma maria. oma maria adalah salah
satu penghuni yang daya tangkapnya masih bagus. Maklum, penghuni wisma
itu adalah sebagian besar 90% sudah tidak bisa berkomunikasi dengan
bagus. Oma Maria bercerita bahwa keinginan dia masuk ke wisma itu adalah
keinginan sendiri.ia tak ingin merepotkan anaknya. Kulihat tempat tidur
dan lemari kecil di sampingnya. hm.. tertata rapi. Di sana ku lihat
foto anak keturunan indo sekitar umur 3 tahun."siapa itu oma? " kataku."
o.. itu cucu oma. Papa nya orang Prancis." Aku berdecak kagum.
Oma
maria menceritakan perjalanan hidupnya.Ia keturunan tionghua medan dan
lama menetap di cilacap(jawa tengah) . Suaminya sudah meninggal sejak 10
tahun yang lalu.Sebelum meninggal, setahun sebelum itu,suaminya
mengalami kecelakaan di Bandung. Saat itu oma maria berada di
Jakarta.jam 2 subuh dikabari bahwa suaminya kecelakaan dan sekarang
berada di salah satu rumah sakit di bandung.
Keesokan
harinya Oma maria sampai di rumah sakit. Perjalanan antara Jakarta -
Bandung memakan waktu 8 jam perjalanan darat.Betapa terkejut dirinya
melihat suaminya tidak diurus. Padahal luka - luka itu makin membesar
dan kelihatan daging - daging segar berlumuran darah belum di bersihkan.
Susternya mengatakan, " urus administrasinya dulu buk."
Lah,
di sini aku berpikir, apa harus bayar dulu baru mau diobati. Kalau
misalnya Oma Maria datang 2 hari lagi,apa jadinya suaminya nanti. Apa
dibiarkan mati dengan kondisi seperti itu?? Disana ku menilai tentang
sebuah pengabdian. Tidak ada pengabdian di sana. Terlihat bahwa uang
jauh lebih penting dari nyawa manusia. Satu tahun kemudian, suami Oma
Maria meninggal dengan vonis ada pembekuan darah di otak yang
diakibatkan oleh kecelakaan 1 tahun yang lalu itu.Kenapa dulu dokter
tidak meronsen?? Kenapa jadinya begini. Tahu setelah akhirnya semua
terlambat.
Oma juga bercerita tentang keadaan di wisma,
tentang suster nya yang terkesan cuek kepada penghuni. Padahal para
lansia itu sangat membutuh kasih sayang. Psikologi lansia itu sama
seperti anak kecil. Mereka kembali seperti pikiran anak balita. Tapi
mereka tidak mendapatkan kasih sayang itu di wisma. Paling cuma orang -
orang yang datang mengunjungi mereka. Itupun sesekali. Mereka
diperlakukan sedikit seenaknya. Cuma di kasih makan. obat2 juga beli
sendiri.itu saja. Padahal untuk tinggal di sana , mereka mengeluarkan
uang 7ratus ribu sampai 1juta5ratus untuk setiap bulannya.
Hari
telah menunjukan pukul 13.00 . Saatnya aku pulang untuk makan siang.Jam
4 aku kembali ke wisma itu. Kali ini aku tidak sendiri, aku mengajak
Rebeka untuk ikut berkecimpung di kegiatan baruku. Rebeka salah satu
temanku di PMKRI, kami sama - sama anggota muda angkatan 09.
Kelihatannya Beka belum begitu betah dengan suasana di sana.Ia
kebanyakan diam, padahal aslinya Rebeka itu anaknya cerewet sekali.
he9.. Aku mengenalkan Rebeka dengan Oma Maria dan mereka terlibat dalam
perbincangan seru. Entah apa yang mereka perbincangkan.
Aku
berkenal dengan oma wati. Oma wati berperawakan pendek, berkulit gelap,
dan menggunakan tongkat. Ia menceritakan bagaimana ia sampai di sana.
Saat gempa 31 September 2009 silam, rumahnya hancur karena gempa.Anaknya
membawanya ke Pekanbaru. Di sana anaknya menetap selepas bujang dan
membuka usaha bika ambon.Oma wati tidak betah di sana. Menantunya
memperlakukannya dengan begitu kasar. Sampai tidurpun, ia di suruh tidur
di lantai. Hanya 1 bulan Oma wati bertahan. Tanpa sepengetahuan
anaknya, Oma wati memesan travel dan kembali ke Padang. Sejak itu Oma
Wati memutuskan untuk tinggal di panti jompo saja. Aku memeluk Oma wati
dan memijit - mijit tangannya dengan lembut. Oma wati agak susah
berjalan, karena saat gempa, kakinya terkilir kuat dan membuatnya susah
untuk berjalan.
" Kamu jadi anak angkat Oma saja ya. Oma
tidak punya anak perempuan. Menantu omapun tidak bisa oma harapkan. Kamu
kelihatannya sayang sama oma." Aku memeluk oma wati dan mengatakan,"
iya oma. aku tiap hari akan ke sini kok. Bakal jenguk oma terus."oma
wati berkata, " benar ya. Oma di sini kesepian. Anak oma satu satunya
jauh, jadi tidak bisa sering sering jenguk oma. " "iya oma." aku memeluk
lembut oma wati.
"Waktunya doa rosario," terdengar suara
suster nirmala dari aula wisma. Beberapa lansia yang masih sanggup
berdiri berjalan menuju aula dan doa rosariopun di mulai. Aku duduk di
sebelah oma wati dan rebeka duduk di sebelah oma maria. Doa rosario
dilakukan dengan khusuk meskipun temponya jauh sangat lambat dan terbata
bata. Oma wati yang duduk di sampingku berbisik, " Oma tidak bisa
berdoa, karena dulunya oma bukan katolik." aku membimbing oma wati
menyebutkan doa salam maria dan doa aku percaya.
Doa
rosario selesai dan kami segera pamit untuk pulang dengan segudang
pengalaman yang tak terlupakan hari ini. Besok kami akan ke wisma lagi
dengan segudang cerita tentang kami, mereka, dan Tuhan.
Dari
sini aku bisa mengambil kesimpulan bahwa setiap profesi itu memerlukan
pengabdian. Setiap pekerjaan memiliki nilai ketulusan. Melakukan
pekerjaan hanya sebagai tanggung jawab dan meninggalkan nilai nilai
ketulusan sama saja dengan bohong. Pengabdian tidak menyadang embel -
embel uang.
the diary about burung pipit part 1.
0 komentar:
Posting Komentar