Aku melihat banyak air mata di negeri ini. Air mata yang seolah sudah menjadi hal biasa. Kadang aku ingin memaki, memaki dan terus memaki. Namun apalah daya, makiku kerap hanya membentur dinding penyumbat telinga keserakahan. aku hanyalah seonggok pecundang berkalang duka di negeri usang, karena aku tak pernah benar-benar menjadi bagian yang nyata...